PraktikKerja Lapangan (PKL) adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan yang diikuti oleh siswa dengan bekerja secara langsung di dunia usaha atau dunia industri (DU/DI), secara sistematik dan terarah dengan supervisi yang kompeten di bidangnya dengan tujuan memperoleh pengalaman dan kecakapan penguasaan keahlian di suatu bidang hingga mencapai suatu tingkat keahlian PelatihanKewirausahaan untuk Ahli Waris Korban Kecelakaan Lalu Lintas oleh PT. Jasa Raharja bersama Go UKM Training Center Kegiatan Pra Usaha Kementrian Kelautan Dan Perikanan (KKP) Bersama GoUKM Training Center GoUKM Mengadakan Pelatihan Inhouse Training Barista untuk Masyarakat Sumatera Utara Wirausaha1 05.02.2018 17:04 Jelaskan faktor terbesar yang mendorong seseorang sukses di dunia wirausaha dengan menggunakan teknologi digital Wirausaha 3 23.08.2019 09:27 Trainingorientasi perusahaan ini bertujuan memperkenalkan perusahaan Anda secara keseluruhan, biasanya meliputi: Penjelasan mengenai misi dan visi perusahaan Budaya dan lingkungan perusahaan Struktur organisasi besar Kebijakan-kebijakan perusahaan, dan lain sebagainya 2. Training product knowledge menurutwidodo (2015), tujuan pelatihan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, mendukung perencanaan sdm, meningkatkan moral anggota, memberikan kompensasi yang tidak langsung, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, mencegah kedaluwarsa kemampuan dan pengetahuan personel, meningkatkan perkembangan kemampuan dan keahlian Pelatihankewirausahaan dan pembukuan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang kewi­rausahaan dan pembukuan usaha bagi calon wirausaha baru (WUB), agar mereka . WMM Brosure & Daftar Wirausaha Muda Mandiri Sebagai wujud konsistensi dalam mendukung tumbuh kembang wirausahawan muda Indonesia dari kalangan terdidik mahasiswa maupun alumni, Bank Mandiri kembali menyelenggarakan Program Wirausaha Muda Mandiri WMM. WMM Feature Tentang Wirausaha Muda Mandiri Wirausaha Muda Mandiri WMM merupakan program TJSL utama Bank Mandiri yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan bertujuan untuk membantu pemerintah dalam menumbuh kembangkan kewirausahaan di Indonesia khususnya di kalangan generasi muda. WMM Program Program WMM Success Story Success Story Wirausaha Muda Mandiri senantiasa melahirkan bibit-bibit unggul wirausaha di Indonesia. Melalui Wirausaha Muda Mandiri, wirausahawan muda ini mendapatkan kesempatan untuk menjalin relasi dengan rekanan bisnis serta memperdalam soft skill. This study aims to evaluate the effectiveness of entrepreneurships training for new entrepreneurs using the CIPP model Context, Input, Process and Product. Data collected by questionnaires from 164 training participants who were randomly selected proportionally according to participant’s district origin in Bogor Regency West Java. The results showed that the Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs was declared effective in the Context, Input, and Process dimensions. However, in the Process dimension, the Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs is less supported by the availability of facilities and infrastructure, the suitability of learning media and learning methods. As for the Product dimension, the Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs is less effective, especially in changing the mental attitude of training participants, application of skills and business performance of training participants. In general, the implementation of the Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs can be declared effective. The recommendations that can be conveyed is the need to improve the quality of the implementation of Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs in the future. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 277-295 Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike International. Any further distribution of this work must maintain attribution to the authors and the title of the work, journal citation and DOI. Published under Department of Communication and Community Development Science, IPB University and in association with Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia. E-ISSN 2442-4110 P-ISSN 1858-2664 Keberhasilan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru WUB The Effectiveness of Entrepreneurship Training for New Entrepreneurs Ratri Virianita1,*, Amiruddin Saleh1, Warcito2, Mintarti2, Saepul Asikin2, M. Hajat Syafi’i2 1,*Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB University, Bogor, Indonesia 16680. 2Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB University, Bogor, Indonesia 16680. *E-mail korespondensi ratru_v Diterima 6 Mei 2021 Disetujui 30 Agustus 2022 Publikasi Online 1 September 2022 ABSTRACT This study aims to evaluate the effectiveness of entrepreneurships training for new entrepreneurs using the CIPP model Context, Input, Process and Product. Data collected by questionnaires from 164 training participants who were randomly selected proportionally according to participant’s district origin in Bogor Regency West Java. The results showed that the Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs was declared effective in the Context, Input, and Process dimensions. However, in the Process dimension, the Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs is less supported by the availability of facilities and infrastructure, the suitability of learning media and learning methods. As for the Product dimension, the Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs is less effective, especially in changing the mental attitude of training participants, application of skills and business performance of training participants. In general, the implementation of the Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs can be declared effective. The recommendations that can be conveyed is the need to improve the quality of the implementation of Entrepreneurships Training for New Entrepreneurs in the future. Keywords CIPP model, entrepreneurships training, evaluation program ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru menggunakan model CIPP Context, Input, Process dan Product. Data diperoleh melalui kuesioner dari 164 peserta pelatihan yang dipilih secara acak proporsional menurut asal kecamatan peserta di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru berdasarkan dimensi Context, Input, dan Process dinyatakan berhasil. Namun pada dimensi Process, Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru kurang didukung oleh aspek ketersediaan sarana dan prasarana, kesesuaian media pembelajaran dan kesesuaian metode pembelajaran. Adapun pada dimensi Product menunjukkan bahwa Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru kurang berhasil, khususnya dalam mendorong sikap mental, penerapan keterampilan dan kinerja usaha peserta pelatihan. Secara umum, penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dapat dinyatakan berhasil. Adapun bentuk rekomendasi yang dapat disampaikan, yaitu perlunya peningkatan kualitas penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru pada masa mendatang. Kata kunci Evaluasi program, model CIPP, pelatihan wirausaha baru Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 278 PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM berperan strategis dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. UMKM bisa dikatakan menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi nasional. Sebagaimana dinyatakan 2018 bahwa peran UMKM bagi ekonomi di Indonesia sangat besar, bahkan mendominasi perekonomian. UMKM berkontribusi kurang lebih 50% dari PDB sektor perdagangan dan pertanian dan 10% dari ekspor 2016. UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja di mana UMKM berkontribusi sebesar 96,92% dalam memberikan kesempatan kerja 2019. Hal ini sebagaimana didukung oleh hasil penelitian Hafni dan Rozali 2015 bahwa peran UMKM dalam penyerapan tenaga kerja sangat besar. Bahkan, penyerapan tenaga kerja dalam UMKM mendukung peingkatan PDB Hamzah dan Agustien, 2019 Indonesia merupakan negara terbesar yang memiliki UMKM sebagaimana ditunjukkan data BPS 2018 bahwa Indonesia memiliki 64,2 juta unit UMKM atau 99,99% dari total jumlah pelaku usaha nasional Sasongko, 2020. Adapun jumlah pelaku usaha di Provinsi Jawa Barat telah mencapai 4,63 juta orang 2018, sementara jumlah pelaku UMKM di Kabupaten Bogor mencapai orang 2020. Artinya, kontribusi Kabupaten Bogor dalam meningkatkan jumlah pelaku usaha masih rendah, yaitu sebesar 0,52%. Padahal, UMKM mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Sasongko, 2020. Jumlah pelaku UMKM yang masih minim di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor ini pun masih kurang didukung oleh kemampuan daya saing dan mental kewirausahaan yang kuat. Sementara itu diperlukan insan-insan yang memiliki mentalitas berwirausaha dalam upaya peningkatan pembangunan ekonomi Muslimin et al. 2014. Karena itu, dalam rangka menyikapi permasalahan ini, Ahmad Heryawan selaku Gubernur Jawa Barat periode 2014-2018 telah menetapkan sebuah kebijakan tentang program yang dinamakan “Program Wirausaha Baru WUB” 2018. Program Wirausaha Baru merupakan bagian dari program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya manusia sebagai salah satu aspek yang menunjang produktivitas usaha. Program ini merupakan upaya untuk melakukan pengembangan kewirausahaan dan pencetakan seratus ribu wirausaha baru di Jawa Barat sehingga melahirkan wirausaha baru yang inovatif, kreatif, dan mandiri, serta berdaya saing. Program ini meliputi tiga kegiatan, yaitu 1 Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru, 2 Pemagangan Peserta Pelatihan, dan 3 Pendampingan/ Mentoring Kewirausahaan. Berkat program ini, Provinsi Jawa Barat telah berhasil mencetak 120 ribu orang wirausaha baru di Jawa Barat 2018. Namun, keberhasilan mencetak 120 ribu wirausaha baru ini masih belum signifikan berkontribusi pada peningkatan jumlah wirausahawan nasional dengan mentalitas berwirausaha yang kuat. Adapun mental berwirausaha dapat dibentuk melalui bimbingan maupun arahan, yang tercakup dalam pelatihan kewirausahaan karena pelatihan berperan besar dalam memberdayakan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Muslimin et al. 2014. Hal ini sejalan dengan paradigma penyuluhan pembangunan yang menekankan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia Karsidi, 2001. Terlebih pada paradigma awal penyuluhan yang menekankan pada pengembangan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan dengan metode pengajaran top down, tetapi peserta didik latih diharapkan mengambil keputusan sendiri dalam menggunakan pengetahuan yang diperoleh 2021. Sejauh ini upaya yang efektif dalam meningkatkan keterampilan berwirausaha dilakukan dengan memberikan pelatihan sebagaimana Saepudin et al. 2015 menemukan bahwa terdapat pengaruh pelatihan yang signifikan terhadap perilaku berwirausaha. Demikian halnya Christanti 2016 ynng menemukan bahwa program pelatihan kewirausahaan memberikan dampak positif terhadap pembentukan sikap dan intensi kewirausahaan. Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru sebagai rangkaian kegiatan dari Program Wirausaha Baru merupakan upaya peningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam hal pengembangan mentalitas berwirausaha sehingga menunjang produktivitas usaha yang selanjutnya meningkatkan pembangunan ekonomi nasional. Namun sejauh mana Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru berhasil dalam mencapai tujuan tersebut belum diketahui. Keberhasilan suatu kegiatan pelatihan dapat dilihat dari seberapa besar peningkatan perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan para peserta pelatihan Saepudin et al. 2015. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan program pelatihan dapat diketahui dengan melakukan evaluasi. Evaluasi merupakan proses mengumpulkan dan menyajikan informasi mengenai objek evaluasi, menilainya dengan standar evaluasi dan hasilnya digunakan untuk Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 279 mengambil keputusan mengenai objek evaluasi Wirawan, 2011. Hasil evaluasi menjadi penting untuk memperoleh saran dan rekomendasi perbaikan dan peningkatan mutu penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru sebagai bagian dari Program Wirausaha Baru di Kabupaten Bogor. Terdapat beragam model evaluasi yang semuanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama, yaitu mengumpilkan data dan informasi berkenaan dengan obyek yang dievaluasi. Hasil pengumpulan data dan informasi tersebut diberikan kepada pengambil kebijakan agar dapat dengan tepat memutuskan tindak lanjut dari program yang dievaluasi. Namun, model evaluasi CIPP Context, Input, Process, Product yang menggunakan pendekatan sistem memiliki kelebihan, yaitu lebih komprehensif, karena obyek evaluasi tidak hanya pada hasil semata melainkan mencakup konteks, masukan, proses maupun hasil Darodjat dan Wahyudhiana, 2015 Berdasarkan uraian dalam latar belakang dirumuskan suatu permasalahan penelitian, yaitu bagaimana keberhasilan penyelengaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru berdasarkan model CIPP Context, Input, Process, Product di Kabupaten Bogor? Penelitian ini diharapkan dapat memberikan 1 Saran dan rekomendasi bagi perbaikan dan peningkatan mutu penyelengaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru sebagai rangkaian kegiatan dari Program WUB Kabupaten Bogor, dan 2 Solusi dan langkah-langkah yang tepat untuk tercapaianya dampak positif dari pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB untuk mencetak wirausaha baru di Kabupaten Bogor. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif. Penelitian dilaksanakan dalam rentang waktu tiga bulan, yaitu pada Oktober – Desember 2019 pada peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB Kabupaten Bogor yang terdata pada 2017 dan 2018. Peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru pada 2017 berjumlah 250 orang dan pada 2018 berjumlah 400 orang merupakan pemilik UMKM dalam rentang 0 – 5 tahun sesuai kriteria yang ditetapkan dalam Program WUB. Pengambilan sampel penelitian pada penelitian ini mengikuti Arikunto 2010 yang menyatakan bahwa apabila jumlah subyek penelitian lebih besar dari 100 orang, maka dapat mengambil 10-15% atau 20-25% atau lebih dari jumlah populasi. Sampel penelitian ini berjumlah 164 orang yang diambil sebagai pembulatan 25% dari 650 peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB 2017 dan 2018 yang dipilih secara acak proporsional menurut kecamatan. Selain responden, sumber data diperoleh dari informan yang terdiri dari pihak-pihak yang relevan dengan penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru, seperti penanggung jawab pelatihan, pengelola pelatihan, instruktur pelatihan, dan lain-lain. Pengambilan data primer menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner, wawancara mendalam, dan observasi Effendi dan Tukiran, 2014. Adapun data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, dokumen dan arsip terkait dengan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirasusaha Baru sebagai bagian dari Program WUB Kabupaten Bogor. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif evaluatif menggunakan tabel frekuensi, statistik deskriptif, dan matriks untuk menggambarkan tingkat ketercapaian atau keberhasilan penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB di Kabupaten Bogor berdasarkan Model CIPP Context, Input, Process, Product. Model CIPP merupakan gagasan Stufflebeam dan Coryn 2014 yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu pendekatan yang mencakup seluruh proses kegiatan. Model CIPP terdiri dari komponen sebagai berikut Context Evaluasi context dilakukan dengan mengidentifikasi latar belakang perlunya mengadakan perubahan atau munculnya program Mulyatingsih, 2011. Evaluasi context merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan dalam penentuan tujuan Worthern & Sanders, 1979. Evaluasi context memberikan gambaran yang rinci tentang lingkungan, kebutuhan, dan tujuan. Evaluasi context mencakup analisis masalah yang berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Bisa dikatakan bahwa evaluasi context berkenaan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi context memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program. Analisis ini akan membantu dalam Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 280 merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Input Evaluasi input dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sumberdaya bahan, alat, manusia, dan biaya untuk melaksanakan program yang dilaksanakan Mulyatiningsih, 2011. Evaluasi input membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi input meliputi 1 Sumber daya manusia, 2 Sarana dan peralatan pendukung, 3 Dana atau anggaran, 4 Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Process Evaluasi process bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program Mulyatiningsih, 2011. Evaluasi process digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atan rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Pada dasarnya evaluasi process diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh rencana yang telah dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Product Evaluasi product bertujuan untuk mengukur, mengintepretasikan dan memutuskan hasil yang telah dicapai oleh program Mulyatiningsih, 2011. Evaluasi product merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang dihasilkan akan sangat menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan. Komponen product dalam penelitian ini mencakup hasil kegiatan yang diperoleh dari aspek kognitif, afektif, psikomotorik, perilaku dan kinerja. Aspek kognitif meliputi pengenalan, pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesa dan evaluasi. Aspek afektif meliputi sikap dan perasaan. Aspek psikomotorik meliputi penguasaan keterampilan. Aspek perilaku meliputi apakah peserta program menggunakan pengetahuan dan keterampilan setelah mengikuti program. Adapun aspek kinerja mencakup apakah kinerja unit atau organisasi menjadi lebih baik setelah mengikuti program. Tabel 1. memperlihatkan komponen dan aspek evaluasi yang diukur dari Model CIPP beserta metode dalam pengumpulan data penelitian. Tabel 1. Komponen, Aspek Evaluasi dan Metode Pengumpulan Data Kondisi sumberdaya manusia Kondisi sarana dan prasarana Jadwal pelaksanaan program Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 281 Ketersediaan sarana dan prasarana Kesesuaian media pembelajaran Kesesuaian metode pembelajaran Hambatan dalam pelaksanaan Tingkat ketercapaian atau keberhasilan penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB pada setiap dimensi Context, Input, Process, Product diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut TK = Rata-rata TKD............................................................................. 1 TKD = Rata-rata TKA ........................................................................... 2 TKA = Mean Skor Responden × 100 ……………………. 3 Rentang Skor Maksimun Keterangan 1 TK = Tingkat Keberhasilan 2 TKD = Persentase Tingkat Keberhasilan Dimensi 3 TKA = Persentase Tingkat Keberhasilan Aspek Tingkat keberhasilan penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru TK dilihat dari rata-rata tingkat keberhasilan pada setiap dimensi TKD. Hasil perhitungan tersebut dikategorikan sehingga dapat diketahui kategori keberhasilan pelatihan dan bentuk rekomendasi sebagaimana disajikan Tabel 2. Tabel 2. Kategori Tingkat Keberhasilan dan Bentuk Rekomendasi Hasil Evaluasi Persentase Tingkat Keberhasilan Kategori Tingkat Keberhasilan Perlu perbaikan pada perencanaan dan strategi penyelenggaraan pelatihan kewirauusahaan bagi wirausaha baru Perlu meningkatkan kualitas penyelengggaraan pelatihan kewirausahaan bagi wirausaha baru Perlu mengembangkan pelatihan kewirausahaan bagi wirausaha baru Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 282 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik Responden Jenis kelamin. Mayoritas responden merupakan perempuan 73,2% dibandingkan dengan laki-laki 26,8%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar usaha mikro dan kecil dikelola oleh perempuan sebagai usaha sampingan atau usaha tambahan mata pencaharian tambahan yang sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Asal Kecamatan. Responden tersebar di 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Jumlah responden terbanyak, yaitu 19 responden 11,6% berasal dari Kecamatan Cibinong, disusul Kecamatan Citeureup sebanyak 16 responden 9,75%, dan Kecamatan Ciseeng sebanyak 13 responden 7,93%. Hal ini mencerminkan bahwa UMKM cukup berkembang di kecamatan-kecamatan tersebut. Gambaran Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru merupakan rangkaian kegiatan dari Program Wirausaha Baru Kabupaten Bogor dimulai pada Tahun 2017 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bogor Nomor tanggal 1 Agustus 2017 tentang Tim Pelaksana Kegiatan Penumbuhan Wirausaha Baru Kabupaten Bogor. Penumbuhan Wirausaha Baru di Kabupaten Bogor bermaksud untuk menumbuhkan dan menambah jumlah pelaku UMKM dan meningkatkan sumberdaya manusia yang berguna bagi pengembangan usahanya. Adapun tujuan kegiatan adalah 1 meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha/UMKM mengenai manajemen dan kewirausahaan, 2 meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Wirausaha Baru/UMKM mengenai manajemen dan kewirausahaan, dan 3 mendorong wirausaha baru/UMKM untuk mengelola usahanya dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan, magang dan studi banding. Program Wirausaha Baru meliputi tiga kegiatan, yaitu 1 Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru, 2 Pemagangan Peserta Pelatihan, dan 3 Pendampingan/Mentoring Kewirausahaan. Terdapat tiga kriteria peserta yang dapat mengikuti Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru, yaitu pemilik UMKM dalam kategori 1 Ide bisnis 0 tahun, 2 Startup/Pemula 1-2 tahun, dan 3 Growth/Pengembangan 3-5 tahun. Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dilaksanakan dengan model pembelajaran di kelas dan menyajikan 13 judul materi, antara lain 1 Dinamika Kelompok, 2 Motivasi Berwirausaha, 3 Mengukur Kualitas Kewirausahaan Pribadi KKP, 4 Mindset Kewirausahaan, 5 Sharing Bisnis Pembiayaan Usaha dan Program Pemerintah, 6 Membangun Sikap Wirausaha, 7 Manajemen Usaha Kecil dan Pemasaran, 8 Menggali dan Mengembangkan Ide Bisnis, 9 Menyusun Perencanaan Usaha, 10 Sharing Pengembangan Usaha dan Branding, 11 Praktek Pembukuan Sederhana bagi UMKM, 12 Strategi Pemasaran, dan 13 Pengembangan Jaringan Usaha WUB. Metode pembelajaran dalam Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru berupa ceramah, diskusi, praktek menghitung, dan presentasi. Adapun pengajar, instruktur atau narasumber pelatihan terdiri dari 1 Pejabat di lingkungan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat, 2 Praktisi atau pengusahan yang berhasil di bidang Makanan dan Minuman, Konveksi dan Jasa Salon Kecantikan, 3 Widyaiswara Balai Pelatihan Tenaga Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat, 4 Perguruan Tinggi, 5 KADIN/HIPMI Jawa Barat, 6 Konsultan Bisnis, dan 7 DEKOPINWIL Jawa Barat. Hasil evaluasi pembelajaran dalam pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru menunjukkan bahwa peserta cukup disiplin, aktif selama mengikuti pelatihan, kooperatif, dan selalu mengerjakan tugas. Peserta merasa terbantu dalam menjalankan usahanya karena peserta memiliki wawasan baru, pengetahuan baru, dan keterampilan baru, khususnya dalam manajemen usahanya. Keberhasilan Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru Menurut Model CIPP Context, Input, Process, Product di Kabupaten Bogor Secara umum, penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru di Kabupaten Bogor tergolong berhasil TK = sehingga bentuk rekomendasi pada masa mendatang, yaitu perlunya peningkatan kualitas dari penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru agar tujuan dan maksud penyelenggaraan tercapai secara optimal. Lihat Tabel 3 halaman 284. Temuan ini sejalan Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 283 dengan Saepudin et al. 2015 dan Christanti 2016 bahwa pelatihan kewirausahaan berpenan positif dalam mengembangkan perilaku berwirausaha. Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru Persentase Tingkat Keberhasilan TKD pada Dimensi Context Kondisi Sarana dan Prasarana Persentase Tingkat Keberhasilan TKD pada Dimensi Input Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesesuaian Media Pembelajaran Kesesuaian Metode Pembelajaran Persentase Tingkat Keberhasilan TKD pada Dimensi Process Persentase Tingkat Keberhasilan TKD pada Dimensi Product Persentase Tingkat Keberhasilan TK Pelatihan bagi WUB Keterangan TK = Persentase Tingkat Keberhasilan, TKA = Persentase Tingkat Keberhasilan Aspek, TKD = Persentase Tingkat Keberhasilan Dimensi Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa pada dimensi Context penyelengaraan pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru tergolong berhasil TKD = Artinya bahwa, penyelengaraan pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru telah didasari oleh kebijakan program yang kuat, tujuan program yang sesuai kebutuhan, dan manfaat program yang positif, serta sasaran program yang tepat. Kebijakan program, tujuan program, manfaat program, dan sasaran program dari Program Wirausaha Baru tersebut telah diketahui secara benar oleh para peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Demikian halnya Tabel 3. memperlihatkan bahwa pada dimensi Input penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru tergolong berhasil TKD = Artinya bahwa, kondisi sumberdaya manusia dan kondisi sarana dan prasarana telah sesuai dan mendukung maksud dan tujuan penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru sebagai bagian dari Program WUB di Kabupaten Bogor. Peserta pelatihan telah memenuhi syarat kepesertaan sebagaimana yang ditetapkan dalam Panduan Penyelenggaraan Program Wirausaha Baru. Sarana dan prasarana guna mendukung penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru juga dalam kondisi yang memadai. Begitu pula pada dimensi Process bahwa penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru tergolong berhasil TKD = Artinya, proses yang telah dilakukan mendukung keberhasilan penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB di Kabupaten Bogor. Namun demikian, ada tiga aspek dalam dimensi Process yang tergolong kurang berhasil, yaitu ketersediaan sarana dan prasarana TKA = kesesuaian media pembelajaran TKA = dan kesesuaian metode pembelajaran TKA = Bagi peserta pelatihan, ketiga aspek tersebut kurang memadai guna mendukung pencapaian tujuan penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Sarana dan prasarana yang tersedia dianggap oleh peserta pelatihan kurang memperhatikan kebersihan dan jumlah makanan, kebersihan kamar mandi, dan ketersediaan alat bantu pelatihan. Media pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan dianggap oleh peserta pelatihan biasa- Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 284 biasa saja, ilustrasi kurang menarik, kurang sesuai dengan jenis usaha peserta, kurang dipahami, dan kurang praktis. Adapun metode pembelajaran yang digunakan dianggap oleh peserta kurang sesuai dengan kemampuan para peserta. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan pada aspek ketersediaan sarana dan prasarana, media dan metode pembelajaran dalam penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB di Kabupaten Bogor pada masa mendatang. Adapun pada dimensi Product Tabel 3. memperlihatkan bahwa penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru tergolong kurang berhasil TKD = Artinya, penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru kurang berhasil dalam mengubah sikap dan perilaku kewirausahaan peserta pelatihan. Terutama pada aspek sikap mental TKA = penerapan keterampilan TKA = dan kinerja unit usaha TKA = Pada aspek sikap mental, para peserta pelatihan cenderung memberikan penilaian negatif terhadap perlunya pencatatan keuangan, perlunya membuat branding usaha, pembukuan sederhana, dan pemasaran dengan teknologi informasi dalam menjalankan usaha. Pada aspek penerapan keterampilan, para peserta pelatihan cenderung belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen karyawan yang ketat, seperti tidak adanya aturan kerja yang ketat dan tidak ada persyaratan keahlian dalam penerimaan tenaga kerja. Selain itu, kinerja unit usaha para peserta pelatihan belum mengalami perubahan di mana para peserta belum menerapkan perencanaan dan pencatatan usaha yang rapi. Temuan ini tidak sejalan dengan Saepudin 2015 bahwa program pelatihan efektif meningkatkan perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam perilaku berwirausaha. Oleh karena itu, penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB di Kabupaten Bogor pada masa mendatang perlu memperhatikan pendampingan yang intensif dan berkelanjutan kepada peserta pelatihan. Gambaran penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru berdasarkan komponen evaluasi Model CIPP Context, Input, Process, Product diuraikan sebagai berikut Context Gambaran Program Wirausaha Baru WUB. Bahasan ini berisi gambaran program penumbuhan WUB menurut pemahaman peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Terdapat empat bahasan, yaitu pendapat responden tentang kebijakan program WUB, tujuan program WUB, manfaat program WUB dan sasaran peserta program WUB sebagai acuan pelaksanaan Pelatihan Kewirauahaan bagi Wirausaha Baru. Secara umum, responden mampu menjelaskan dengan benar kebijakan, tujuan, manfaat dan sasaran program WUB. Sebanyak 77,89% responden mampu menjawab dengan benar dan 22,11% responden menjawab salah. Menurut pemahaman responden, program WUB adalah kebijakan Kementerian Koperasi dan UMKM dalam pembinaan UMKM dengan tujuan agar UMKM naik kelas, yaitu UMKM bertambah omzet setiap tahun. Menurut responden, program WUB bermanfaat untuk meningkatkan kualitas diri sebagai pelaku UMKM. Sebanyak 66,26% responden menyatakan bahwa WUB adalah program khusus Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor, sedangkan sebanyak 33,73% responden lainnya menyatakan bahwa WUB adalah program nasional dan program provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor. Perbedaan pemahaman ini tidak menjadi masalah karena berawal dari keluasan pemahaman responden. Pelaku UMKM yang sering mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan UMKM skala regional dan skala provinsi akan lebih memiliki pengetahuan yang lebih mendalam bahwa program WUB adalah program nasional yang dilaksanakan oleh dinas teknis di setiap provinsi dan kabupaten. Informasi tentang kebijakan pengembangan UMKM diterima lebih banyak oleh pelaku UMKM yang sering mengikuti pelatihan di berbagai level pemerintahan. Tujuan dan Manfaat WUB. Sebanyak 93,44% responden menyatakan bahwa program WUB bermanfaat untuk mengembangan usaha UMKM karena program WUB memberikan pelatihan tentang materi-materi yang berkaitan dengan usaha, dan pendampingan. Hanya 6,5% responden yang menyatakan belum merasakan manfaat dari program WUB karena belum ada perubahan omzet yang signifikan dengan alasan pelatihan yang diberikan kurang tepat sasaran. Pada umumnya, responden menyatakan bahwa mereka menjadi lebih terampil dalam mengelola usahanya sesuai dengan materi-materi pelatihan yang telah diberikan. Sementara itu, manfaat yang paling dirasakan oleh responden, yaitu menambah jaringan usaha 28,96%. Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 285 Input Panduan Program Wirausaha Baru. Panduan Program Wirausaha Baru dimaksudkan sebagai acuan bagi peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam Program WUB di lingkungan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat dalam upaya Pencetakan Seratus Ribu Wirausaha Baru Jawa Barat. Adapun tujuannya adalah 1 memberikan gambaran penyelenggaraan pelatihan, pemagangan dan pendampingan/mentoring kewirausahaan; 2 memberi-kan kejelasan kurikulum, silabus, materi, penceramah/ narasumber dan metode pelatihan, pemagangan dan pendampingan/mentoring kewirausahaan; serta 3 menjamin konsistensi penyelenggaraan pelatihan, pemagangan dan pendampingan/mentoring kewirausahaan dilaksanakan sesuai dengan target dan sasaran yang telah ditetapkan. Kondisi Sumberdaya Manusia 1. Kriteria Peserta Pelatihan 1 Ide Bisnis 0 tahun; 2 Start up/Pemula 1 – 2 tahun; dan 3 Growth/Pengembangan 3 – 5 tahun. 2. Peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru untuk Tahun Anggaran 2017 ditargetkan orang. 3. Peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru terbagi dalam 80 delapan puluh angkatan, satu angkatan diikuti oleh 25 dua puluh lima orang peserta. 4. Pelatihan dimulai dari bulan Mei Desember 2017, pelatihan dilaksanakan selama 4 empat hari 3 hari di kelas, 1 hari magang di perusahaan. 5. Jumlah pelajaran sebanyak 44 jam pelajaran jpl, dengan pelajaran teori 30% dan praktek 70%. 6. Materi Pelatihan. Materi Pelatihan yang diberikan antara lain Dinamika Kelompok; Pelayanan Prima kepada Konsumen; Perhitungan kebutuhan modal, pendapatan dan biaya, membaca laporan keuangan; Analisis studi kelayakan usaha; Strategi dan teknik pemasaran; Strategi branding; Komunikasi dan negosiasi bisnis; Penjualan online; Kemitraan Usaha; Etika Bisnis; Simulasi Penjualan; Efisiensi Biaya Produksi; Manajemen Resiko; dan Mental Fisik Disiplin MFD. 7. Pengajar/Instruktur/Narasumber Pejabat di lingkungan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat; Praktisi/Pengusaha berhasil di Bidang Makanan dan Minuman, Konveksi dan Jasa Salon Kecantikan; Widyaiswara Balai Pelatihan Tenaga Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat; Perguruan Tinggi; KADIN/HIPMI Jawa Barat; Konsultan Bisnis; dan DEKOPINWIL JAWA BARAT. 8. Metode Pelatihan Ceramah; Diskusi; Simulasi; Studi Kasus; dan Praktek Magang. 9. Tempat Pelaksanaan Balai Pelatihan Tenaga Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat, Jl. Soekarno Hatta Gedebage Bandung 40294. 10. Waktu Pelaksanaan Pelatihan dan Praktek Magang Wirausaha Baru dilaksanakan selama 4 empat hari 3 hari di kelas dan 1 hari praktek magang di tempat usaha perusahaan sesuai bidang usaha. Pemagangan Peserta Pelatihan 1. Peserta Pelatihan akan diikutsertakan dalam pemagangan yang dilaksanakan selama 1 satu hari di rumah produksi/ perusahaan/pengusaha sesuai bidang usaha makanan dan minuman, konveksi dan jasa salon kecantikan 2. Maksud pemagangan adalah untuk transfer keterampilan secara langsung dari pelaku usaha tentang proses produksi, pemasaran, akses pembiayaan dan pengalamannya success story. 3. Memahami permasalahan dan memotivasi pengembangan usaha/bisnis para peserta Wirausaha Baru. Tata Tertib Tata tertib merupakan aturan-aturan di dalam mengikuti pelatihan. Tata tertib ini berisi ketentuan mengenai akomodasi/konsumsi, kuliah/di kelas, maupun ketentuan lainnya bagi kelancaran pelatihan. Setiap peserta maupun panitia penyelenggara pelatihan agar mematuhi tata tertib ini Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 286 1. Tata tertib panitia penyelenggara a Memberikan kunci kamar/informasi kamar yang akan dihuni selama pelatihan berlangsung, b Melakukan pencatatan hunian kamar peserta sesuai format yang disediakan dan menyerahkan salinannya kepada petugas piket, c Melalukan penjadwalan panitia siang dan malam sebagai petugas piket yang harus tetap berada diruang administrasi peserta selama pelatihan berlangsung, d Memberikan informasi lengkap menyangkut hak dan kewajiban dalam pelaksanaan pelatihan dan ketentuan yang harus dipenuhi peserta, e Memberikan dan mempertimbangkan ijin kepada peserta yang akan menerima tamu dan ijin keluar sementara dari lingkungan pelatihan, f Meminta kunci kamar bagi peserta yang keluar sementara dari lingkungan pelatihan dan yang telah selesai mengikuti pelatihan, g Meminta petugas untuk mengecek kamar peserta yang akan meninggalkan kamar setelah pelaksanaan pelatihan, h Menerima laporan dari petugas setelah melakukan pemeriksaan kamar dilakukan, i Mengizinkan peserta pelatihan pulang apabila hasil pemeriksaaan tidak diketemukan adanya kerusakan/kehilangan barang/fasiliktas kamar yang selama pelatihan dihuni peserta, j Meminta ganti rugi kepada peserta atas kehilangan kunci kamar dan kerusakan/kehilangan barang/fasilitas kamar, k Membuat berita acara kerusakan/kehilangan atas barang/fasilitas kamar yang ditandatangani oleh panitia, satpam dan peserta yang bersangkutan, l Berpakaian rapi m Mempersiapkan ruang kelas dan alat bantu pelatihan, n Membantu kelancaran proses belajar mengajar selama pelatihan berlangsung. 2. Tata tertib peserta a Akomodasi • Semua peserta mendapat fasilitas tidur, makan pagi, siang, sore dan snack pagi, sore, • Peserta wajib menjaga kerukunan dan persaudaraan sesama penghuni kamar, • Peserta wajib berpakaian sopan, baik di dalam kamar maupun di luar kamar, begitu pula saat makan tetap berpakaian rapih, • Peserta yang meninggalkan kamar agar melapor dan meminta izin kepada panitia, kunci kamar agar ditinggal di Ruang Sekretariat, Khususnya untuk pagi hari kunci disimpan di tempat yang telah disediakan ujung lorong sebelah selatan untuk dapat dibersihkan oleh petugas kebersihan, • Peserta wajib menjaga kebersihan kamar masing-masing dan setiap selesai menggunakan sprei atau selimut agar dirapihkan kembali, • Peserta dilarang membuang sampah di sembarang tempat termasuk di kamar mandi, • Jika timbul perselisihan diantara peserta harap diselesaikan secara kekeluargaan, • Peserta yang menerima tamu, agar diterima diruang tamu yang telah disediakan, tidak dibenarkan menerima di halaman gedung atau kamar, • Pukul WIB, peserta telah bangun untuk melaksankan shalat subuh berjamaah, dan KULTUM oleh wakil peserta secara bergilir, • Disarankan agar barang berharga seperti perhiasan dan uang tunai, selalu dibawa tidak ditinggal di dalam Kamar. Penyelenggara tidak bertanggung jawab atas kehilangan atas barang-barang tersebut, • Fasilitas seperti tersebut pada butir 1 hanya diberikan kepada peserta selama pelatihan berlangsung. Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 287 b Konsumsi • Jadwal makan sebagai berikut - Makan Pagi Pukul WIB - Makan Siang Pukul WIB - Makan Malam Pukul WIB - Snack Pagi Pukul WIB - Snack Sore Pukul WIB • Permintaan makan dan snack di luar ketentuan di atas tidak akan dilayani. 3. Ketentuan Pelatihan a Acara Pembukaan dan Penutupan, peserta memakai baju putih, celana hitam atau gelap dan berdasi Bagi wanita yang berjilbab menggunakan kerudung putih, b Selama mengikuti pelatihan peserta diharapkan memakai pakaian rapih dan sopan tidak memakai kaos, c Peserta diharapkan sudah hadir 10 menit sebelum pelajaran dimulai, d Peserta dilarang meninggalkan kelas atau menerima tamu pada saat pelajaran berlangsung, e Peserta diwajibkan menandatangani daftar hadir yang telah disediakan panitia, f Peserta wajib mengikuti pelatihan dengan tekun dan tertib. 4. Pembentukan Ketua dan Wakil Ketua Kelas, serta Tugasnya. Untuk memperlancar jalannya pelatihan, maka perlu ditunjuk Ketua Kelas dan Wakilnya yang mempunyai tugas sebagai berikut a Ketua Kelas bertugas mempersiapkan peserta dalam setiap acara di kelas seperti kuliah, ceramah maupun diskusi. b Ketua Kelas bertugas mengakomodir pendapat dan usul peserta, untuk disampaikan kepada penyelenggara. c Ketua Kelas bertanggung jawab atas tertibnya daftar hadir peserta maupun pengajar, d Wakil Ketua Kelas berkewajiban membantu Ketua Kelas, e Ketua Kelas dan Wakilnya dipilih oleh semua peserta. 5. Alur Komunikasi dengan Penyelenggara a Setiap Komunikasi dengan Penyelenggara maupun pengajar disampaikan melalui Ketua Kelas. b Ketua Kelas dapat berkomunikasi dengan penyelenggara setiap saat. c Komunikasi dengan pengajar akan dilaksanakan dalam pertemuan formal Waktu pelatihan, diskusi maupun dalam pertemuan non formal selama tidak mengganggu jam istirahat pengajar. d Hal-hal penting yang menyangkut kepentingan peserta, akan diumumkan di Sekretariat Penyelenggara. Menurut responden, Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dalam dua tahun terakhir sudah optimal, tetapi proses pendampingan praktek yang kurang optimal. Meskipun fasilitas pelatihan sudah dinilai cukup bagus, akan tetapi pola pembinaan UMKM yang dilakukan dinilai masih mengambang sehingga sulit mengetahui hasil secara riil. Pelatihan perlu dibarengi dengan pendampingan intensif. Process Jadwal Pelaksanaa Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Jadwal Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru yang dilaksanakan selama 3 hari secara umum dinilai sangat baik 48,17% dan baik 28,05% karena sesuai dengan jumlah waktu pelatihan yang dibutuhkan oleh pelaku UMKM, yaitu selama 3 hari. Sebanyak 62,20% responden memilih lama waktu pelatihan yang dibutuhkan adalah 3 hari. Namun demikian, rata-rata responden menilai bahwa lama waktu pelaksanaan pelatihan yang tepat guna tercapaianya tujuan pelatihan adalah selama 4 hari M = Dalam hal ini beberapa responden masih menilai bahwa lama waktu pelaksanaan pelatihan masih kurang karena materi yang disampaikan sangat banyak, tetapi lama waktu penyampaiannya terbatas sehingga para peserta masih kurang memahami materi pelatihan. Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 288 Kinerja Penyelenggara Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Kinerja penyelenggara Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dinilai sangat baik 43,29% dan baik 42,68%. Rata-rata responden menilai bahwa kinerja penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru tergolong baik M = Walaupun demikian, masih ada responden yang menilai kinerja penyelenggara Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru masih kurang baik dengan persentase sebesar 2,44%. Kinerja penyelenggara secara umum dinilai baik dengan alasan, yaitu fasilitas pelatihan lengkap, ada kegiatan pendampingan pasca pelatihan, disiplin dan tepat waktu, acara tertata rapi dan terencana, profesional, dan ada proses bimbingan selama pelatihan. Namun, kinerja penyelenggara dinilai kurang karena muatan praktek di dalam program pelatihan dinilai masih minim dan materi pelatihan lebih banyak disampaikan secara teoritis. Kinerja Instruktur Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Kinerja instruktur Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dinilai sangat baik 43,29% dan baik 46,95% dengan rata-rata responden menilai bahwa kinerja instruktur pelatihan berada pada kategori baik M = Indikator kinerja instruktur pelatihan, antara lain kemampuan dalam menyampaikan materi, kemampuan membangkitkan motivasi dan kemampuan menjawab pertanyaan peserta. Beberapa alasan yang mendasari penilaian bahwa instruktur sudah berkinerja baik, antara lain ramah dan sabar dalam menyampaikan materi sehingga materi menjadi lebih mudah dimengerti, tidak membosankan, mampu menerangkan dengan jelas sehingga dinilai mampu mengubah pola pikir pelaku UMKM. Meskipun demikian, karena waktu penyampaian materi yang terbatas menyebabkan pemahaman peserta belum semua meningkat secara optimal. Aktivitas Peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru secara umum berpartispasi aktif selama mengikuti pelatihan M = Sebanyak 56,10% responden menilai aktivitas peserta baik dan 32,32% responden menilai aktivitas peserta sangat baik. Peserta aktif selama mengikuti pelatihan dengan indikator, yaitu peserta aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, semangat selama mengikuti pelatihan, kompak, disiplin, saling berinteraksi, anstusias dalam setiap diskusi, dan rajin dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh instruktur pelatihan. Kurikulum Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Kurikulum Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru secara umum dinilai baik M = menurut responden. Sebanyak 64,63% responden menilai baik kurikulum pelatihan dan 23,17% menilai sangat baik. Indikator kurikulum yang baik ini relevan dengan kinerja instruktur dan aktivitas peserta. Kinerja instruktur yang baik dan aktivitas peserta yang positif mengindikasikan bahwa kurikulum Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru telah dinilai aplikatif dan padat konten. Sarana dan Prasarana Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Sarana dan prasarana pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dinilai baik oleh sebagian besar responden 51,83%; M = Namun demikian, masih terdapat penilaian negatif terhadap sarana dan prasaran pelatihan tersebut. Sebanyak 4,88% responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana kurang baik dan sebanyak 0,61% responden menyatakan sarana dan prasarana sangat kurang baik. Penilaian positif diberikan terhadap sarana ketersediaan ruang diskusi, bangunan fisik, seperti ruang pelatihan yang kuat, kokoh, dan nyaman. Adapun penilaian negatif diberikan pada beberapa sarana dan prasarana yang disarankan untuk diperbaiki, antara lain meningkatkan jumlah konsumsi, kebersihan makanan, kebersihan kamar mandi, dan ketersediaan alat bantu pelatihan. Kelayakan Materi Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Secara umum semua materi yang diberikan selama Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dinilai baik 46,34%, M = dan sangat baik 36,59% oleh responden. Tidak ada responden yang menilai kurang baik dan sangat kurang baik. Materi dinilai layak karena mudah dipelajari dengan tersedianya modul atau bahan bacaan, mudah dimengerti, materi sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM, dan materi bersifat inovatif. Materi yang diberikan dalam Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dipandang telah sesuai dan memadai dalam pencapaian tujuan dan maksud penyelenggaran program WUB. Kesesuaian Media Pembelajaran Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Aspek kesesuaian media pembelajaran dinilai merata, mulai dari skor paling tinggi, yaitu skor baik 60,37% dan sangat baik 13,41%. Namun, rata-rata responden menilai bahwa kesesuaian media pembelajaran tergolong cukup M = Terdapat responden yang memberikan penilaian negatif terhadap kesesuaian media pembelajaran mulai dari penilaian cukup 22,56%, kurang baik 3,05%, dan sangat Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 289 kurang baik 0,61%. Meski menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan, seperti audio visual, pemberian kuis, power point yang menarik, namun penggunaan media tersebut dirasa kurang memenuhi capaian dan tujuan pembelajaran bagi peserta pelatihan. Hal ini karena media pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan dianggap biasa-biasa saja, ilustrasi kurang menarik, kurang sesuai dengan jenis usaha peserta, kurang dipahami, dan kurang praktis menurut peserta pelatihan. Kesesuaian Metode Pembelajaran Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Seperti halnya media, metode pembelajaran juga dinilai baik oleh 62,20% responden, dan sangat baik sebanyak 18,90% responden. Rata-rata responden menilai bahwa kesesuaian metode pembelajaran tergolong baik M = Metode ceramah, kuis, latihan, diskusi kelompok, games, yang disertai contoh-contoh kasus yang riil dan didukung dengan penyajian menggunakan media yang menarik diharapkan memudahkan pemahaman para peserta. Namun, demikian masih terdapat 18,90% yang memberikan penilaian negatif terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran yang digunakan dianggap oleh peserta kurang sesuai dengan tingkat kemampuan para peserta. Hambatan Selama Mengikuti Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Kinerja penyelenggara yang profesional, kinerja instruktur yang handal, metode dan media yang menarik belum dapat menjamin pelatihan dapat mencapai tujuan. Terdapat kendala eksternal dan internal yang dapat menghambat pencapaian tujuan pelatihan. Dalam Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru terdapat beberapa kendala yang dinilai peserta menjadi penghambat yaitu lokasi pelatihan yang jauh, undangan mengikuti pelatihan hanya melaui media sosial, harus menginap berhari- hari sehingga meninggalkan keluarga dan usaha, kurang mengerti bahasa yang digunakan instruktur, latar belakang keilmuan instruktur kadang tidak sesuai, waktu istirahat terlalu singkat, panitia tidak menyediakan sarana transportasi, peserta tidak diberikan waktu untuk menceritakan perkembangan dan kendala usahanya. Penilaian terhadap Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Sebagian besar responden menilai pelatihan baik 47,56% dan sangat baik 35,98%. Rata-rata responden juga menilai bahwa Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru tergolong baik M = Namun demikian, terdapat 3,66% responden yang menyatakan bahwa pelatihan dinilai kurang baik. Alasan peserta memberikan penilaian pelatihan yang baik dan sangat baik karena beberapa alasan, yaitu motivasi peserta meningkat setelah mengikuti pelatihan, yaitu motivasi untuk menjadi lebih maju, memperoleh banyak ilmu tentang usaha, tumbuh kebutuhan untuk mengikuti pelatihan yang lain yang berhubungan dengan pengembangan usaha, pelaku UMKM dapat mengevaluasi diri sendiri, bertambah jejaring usaha, dan dapat membuat perencanaan usaha yang lebih sistematis, efektif dan efisien. Adapun alasan peserta memberikan penilain kurang baik terhadap Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru, yaitu tidak adanya keberlanjutan, baik pendampingan maupun monitoring, setelah peserta mengikuti pelatihan, efek pelatihan kurang signifikan, pelatihan tidak memberikan hasil bagi peserta, dan pelatihan dianggap kurang memberikan solusi terhadap persoalan peserta di lapangan. Product Evaluasi product merupakan tahap akhir dari rangkaian evaluasi terhadap penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Dalam pembahasan di sini, evaluasi product mencakup penilaian responden terhadap Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi peningkatan pengetahuan pada responden setelah mengikuti Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Aspek afektif meliputi sikap mental responden setelah mengikuti pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Adapun aspek psikomotorik meliputi penerapan keterampilan dan kinerja unit usaha setelah responden mengikuti Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru. Peningkatan Pengetahuan. Pada bagian ini responden diberikan sejumlah petanyaan untuk mengukur pengetahuan tentang kewirausahaan. Peningkatan pengetahuan sebagai output dari penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru diketahui dengan menggali pengetahuan tentang aspek-aspek wirausaha yang telah diajarkan dalam pelatihan. Aspek-aspek pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang kemitraan usaha, perilaku wirausaha, inovasi usaha, pemasaran, HPP, aplikasi teknologi informasi, pengetahuan tentang distributor, ide bisnis, perencanaan usaha, branding produk, pencatatan keuangan, program WUB, kelemahan UMKM, karakter UMKM dan ciri-ciri UMKM sukses. Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 290 Tabel 4. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Domain Kognitif Kerjasama dengan Pemerintah Keterampilan Penentuan pasar Pengetahuan tentang Distibutor Tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru telah mengalami peningkatan pengetahuan setelah mengikuti pelatihan dengan data 85,09% jawaban benar dan hanya 14,91% jawaban salah terhadap aspek-aspek wirausaha yang diujikan. Aspek pengetahuan tentang perilaku wirausaha, inovasi usaha, sikap wirausaha, pengetahuan tentang legalitas usaha, pengetahuan tentang distributor, karakter maju dan ciri-ciri wirausaha sukses adalah aspek-aspek yang dominan dijawab benar oleh peserta. Hal ini terjadi karena sebenarnya responden sudah mengetahui tentang hal-hal apa saja yang dikategorikan sebagai perilaku wirausaha yang memiliki sikap wirausaha, inovatif, dan memiliki semangat untuk maju. Sementara itu, pengetahuan tentang legalitas usaha juga dijawab benar oleh peserta karena mereka sebagian besar telah memiliki legalitas usaha tersebut sehingga mereka menjadi tahu jenis-jenis legalitas usaha apa saja yang harus dimiliki oleh UMKM dan cara-cara mengurus legalitas tersebut. Adapun aspek pengetahuan tentang beberapa pertimbangan dalam memilih pasar adalah satu-satunya aspek yang secara umum dijawab salah oleh peserta. Hal ini terjadi karena peserta pada umumnya tidak mengetahui hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pasar produk yang dihasilkannya. Rata-rata peserta pelatihan tidak merencanakan pasar terlebih dahulu sebelum berwirausaha, yang lebih diutamakan adalah bagaimana dapat memproduksi suatu barang atau jasa, dan memasarkannya. Peningkatan Afektif. Berdasarkan revisi taksonomi Bloom yang dikutip oleh Nafiati 2021 terdapat tiga ranah perubahan perilaku seseorang, yaitu kognitif pengetahuan, afektif sikap mental dan psikomotorik keterampilan. Perilaku ini menjadi salah satu indikator penting kualitas SDM. Berbagai intervensi sering disasarkan pada ketiga aspek perilaku dimaksud dengan tujuan untuk menghasilkan perubahan kualitas SDM yang riil dan signifikan. Perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik akan menghasilkan perilaku positif yang jika distimuli terus menerus akan menginternal dalam diri peserta pelatihan tersebut. Domain afektif peserta pelatihan digali dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang menggambarpan pendapat atau penilaian peserta terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan. Skala Likert mengukur penilaian peserta terhadap sebuah pernyataan tertentu dengan skala sangat baik - baik - cukup - kurang baik - sangat kurang baik. Semakin positif penilaian peserta terhadap sebuah pernyataan positif tertentu mengindikasikan bahwa domain afektif sikap mental peserta tersebut juga positif sebagaimana ditunjukkan Tabel 5 halaman 292. Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 291 Tabel. 5. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Domain Afektif Pelaku UMKM memiliki motivasi yang tinggi Mindset positif bagi pelaku UMKM Kemandirian bagi pelaku UMKM Penentuan HPP dan pemasaran Pemilihan distributor yang tepat Bentuk penggalian ide bisnis Pentingnya perencanaan usaha Dampak perencanaan usaha terhadap perkembangan usaha Perluanya pencatatan keuangan Perlunya membuat branding usaha Strategi komunikasi dalam pemasaran Pemasaran dengan teknologi informasi Berfikir global bagi pelaku UMKM Ciri keberhasilan pelaku UMKM Secara umum, Tabel 5 memperlihatkan bahwa secara afektif peserta pelatihan mengarah pada sikap mental yang positif M = namun demikian terdapat beberapa aspek di mana peserta pelatihan masih memiliki sikap mental negatif, khususnya pada aspek perlunya pencatatan keuangan M = perlunya membuat branding usaha M = pembukuan sederhana M = dan pemasaran dengan teknologi informasi M = Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, keahlian dan biaya dalam menerapkan berbagai aspek tersebut. Penerapan Keterampilan dan Kinerja Usaha. Aspek perubahan perilaku ketiga setelah kognitif dan afektif yang diukur untuk mengetahui output Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru adalah penerapan keterampilan dan kinerja unit usaha. Aspek penerapan keterampilan dan kinerja unit usaha diukur dengan menggunakan indikator ada tidaknya beberapa aspek sebagai berikut aturan kerja bagi karyawan, persyaratan keahlian bagi karyawan, pencatatan keuangan, perencanaan usaha, pengemasan produk, promosi usaha, pecatatan jumlah produksi, keikutsertaan responden dalam forum UMKM, higienitas ruang dan proses pengolahan, plang lokasi usaha, perencanaan usaha, peningkatan produksi harian/mingguan dan bulanan, peningkatan jumlah karyawan, peningkatan pendapatan, peningkatan asset, peningkatan jangkauan pasar, motivasi usaha, peningkatan jumlah mitra usaha, perluasan usaha dan paten usaha. Tabel 6. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Domain Psikomotorik Persyaratan keahlian bagi karyawan Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen karyawan yang ketat, yaitu UMKM tidak memiliki aturan kerja untuk karyawan dan tidak memiliki persyaratan keahlian bagi karyawan. Artinya, karyawan keluar masuk tidak menjadi masalah dan siapa saja boleh menjadi karyawan tanpa ada proses seleksi terlebih dahulu. Karyawan UMKM pada umumnya warga setempat yang masih memiliki hubungan ketetanggaan dengan pelaku UMKM tersebut. Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 292 Namun demikian, peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru telah memiliki pencatatan keuangan sebagaimana materi pelatihan yang telah mereka terima selama mengikuti pelatihan. Sebanyak 65,3% responden menyatakan telah memiliki pencatatan keuangan walaupun baru 46,20% yang memiliki pencatatan keuangan sesuai anjuran. Belum diterapkannya manajemen SDM, persyaratan keahlian dan belum rapinya pencatatan keuangan terjadi karena para peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru pada umumnya tidak memiliki perencanaan dan pencatatan usaha secara tertulis. Hanya 11,60% responden yang menyatakan memiliki perencanaan usaha dan pencatatan usaha secara tertulis. Lebih banyak peserta pelatihan yang memiliki perencanaan usaha tetapi tidak tertulis sebesar 62,20% atau sama sekali tidak memiliki perencanaan usaha sebesar 26,20%. Data ini juga menunjukkan bahwa potensi peserta pelatihan untuk menjalankan usahanya dengan perencanaan yang teratur cukup tinggi karena sebanyak 62,20% responden menyatakan sudah memiliki perencanaan usaha tetapi tidak tertulis. Tabel 7. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Kinerja Unit Usaha Sanitasi ruang dan proses pengolahan Peningkatan produksi harian/ migguan/ bulanan Peningkatan jumlah karyawan Peningkatan jangkauan pemasaran Peningkatan jumlah mitra usaha Tabel 7. menunjukkan bahwa secara umum peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru sudah mengalami perubahan kinerja yang siginifikan dengan data sebanyak 63,66% responden menyatakan telah menjual produknya dengan kemasan yang menarik, telah melakukan promosi usaha dengan cara yang mereka kuasai, telah membuat catatan produksi, telah membangun jejaring kerjasama kemitraan, baik dengan sesama pelaku UMKM, pemerintah maupun perbankan, telah mengupayakan ruang produksi yang higienis, telah memiliki perencanaan usaha naik tertulis maupun tidak tertulis, telah memperoleh peningkatkan produksi dan peningkatan pendapatan, termasuk peningkatan jumlah asset, jangkauan pasar yang semakin luas, memiliki motivasi usaha yang tinggi, dan memiliki jumlah mitra yang bertambah khususnya sesama pelaku UMKM. Hanya 36,33% responden yang belum mengalami peningkatan kinerja usaha yang signifikan. Namun demikian, peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru pada umumnya belum memiliki plank lokasi usaha dengan alasan mereka sudah cukup dikenal masyarakat luas melalui komunikasi antar individu mulut ke mulut, belum menambah jumlah karyawan karena mereka belum serius dalam melakukan perluasan usaha dan belum tumbuhnya kesadaran peserta Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru untuk mematenkan karya mereka di bidang UMKM. Hanya 25,60% peserta pelatihan yang menyatakan bahwa paten usaha adalah penting dan setiap pelaku UMKM harus mengurusnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara umum penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru di Kabupaten Bogor dilihat dari Model CIPP Context, Input, Process, dan Product dapat dinyatakan berhasil. Secara khusus, pada dimensi Context, Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru dinyatakan berhasil karena didukung oleh kebijakan hukum yang kuat, tujuan program yang sesuai dengan kebutuhan, dan manfaat program yang positif, serta sasaran program yang tepat. Pada dimensi Input, Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru juga dinyatakan berhasil karena didukung oleh kondisi sumberdaya manusia dan kondisi sarana serta Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 293 prasarana yang sesuai dengan maksud dan tujuan penyelenggaraan Program WUB di Kabupaten Bogor. Adapun pada dimensi Process, meski dinyatakan berhasil, namun terdapat kelemahan penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru pada aspek ketersediaan sarana dan prasarana, kesesuaian media pembelajaran dan kesesuaian metode pembelajaran. Demikian halnya, pada dimensi Product menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru kurang berhasil dalam mengubah sikap mental peserta pelatihan, penerapan keterampilan dan kinerja usaha dari peserta pelatihan. Peserta pelatihan kurang menganggap penting pencatatan keuangan, adanya keterbatasan dana untuk melalukan branding, perluasan usaha, dan kemampuan teknologi informasi. Rekomendasi Rekomendasi terhadap penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan bagi Wirausaha Baru pada masa mendatang di Kabupaten Bogor, yaitu perlunya peningkatan kualitas penyelenggaraan terutama pada 1 Ketersediaan sarana dan prasarana pelatihan yang memenuhi kebutuhan dan jumlah peserta, seperti konsumsi, alat bantu pelatihan yang mendukung, dan juga perlunya memperhatikan kebersihan ruangan, makanan dan kamar mand; 2 Kesesuaian media pembelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan peserta pelatihan, seperti menggunakan bahasa yang mudah dipahami, ilustrasi yang menarik, dan mudah diaplikasikan oleh para peserta sesuai dengan jenis usaha peserta; 3 Kesesuaian metode pembelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan peserta program, seperti metode pembelajaran yang dapat dilakukan di luar kelas, lebih banyak praktik daripada teori, dan diskusi pemecahan masalah terhadap kasus-kasus yang dialami oleh peserta; 4 Pendampingan yang intensif dan berkelanjutan pada peserta seusai pelatihan di mana masalah-masalah yang ditemukan pada saat pendampingan segera ditindaklanjuti dengan pemecahan yang solutif dan memfasilitasi pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta; dan 5 Insentif bagi pelaku usaha sehingga dapat melakukan branding, perluasan usaha dan peningkatan kemampuan teknologi informasi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bogor yang telah mendanai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara. Arikunto, S. dan Jabbar, A. 2009. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara. Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta PT. Rineka Cipta. Bungin, B. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta Kencana Perdana Media Group. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014 Perkembangan UMKM pada Periode 2007- 2013. Tersedia pada Christanti, A. 2016. Studi Peranan Pelatihan Kewirausahaan terhadap Pembentukan Sikap dan Intensi Kewirausahaan di Sentra Industri Produk Roti dan Kue Rungkut Lor, Surabaya. AGORA. Vol. 4. No. 1. Hal. 242 – 248. Tersedia pada Darodjat dan Wahyudhiana. 2015. Model Evaluasi Program Pendidikan. Islamadina. Vol. XIV. No. 1. Hal. 1-28. 2018. Jawa Barat dalam Angka 2017. Tersedia pada Djaali, Mulyono, dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta PPs UNJ. Effendi, S. dan Tukiran. 2014. Metode Penelitian Survei. Jakarta LP3ES. Gay, L. R. dan Diehl, P. L. 1992. Research Methods for Business. London Macmillan Publishing Company. Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 294 2016. Pengertian UKM & UMKM? Bagaimana Usaha Kecil Menengah di Indonesia. Tersedia pada Hafni, R. dan Rozali, A. 2015. Analisis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. EKONOMIKAWAN Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol. 15, 2, 77-96. Tersedia pada Hamzah, L. M. dan Agustien, D. 2019. Pengaruh Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terhadap Pendapatan Nasional pada Sektor UMKM di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8. No. 2, 2019. Tersedia pada 2018. UMKM Menopang Ekonomi Indonesia. Tersedia pada infografis/umkm-menopang-ekonomi-indonesia Karsidi, R. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat. Mediator. Vol. 2. No. 1. Hal. 115-125. Tersedia pada 2019. Tabel 1 Pekembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM dan Usaha Besar UB Tahun 2018 – 2019. Tersedia pada 2018. Jumlah Pelaku UMKM di 2018 Diprediksi Mencapai 58,97 Juta Orang. Tersedia pada 2021. Paradigma dan Falsafah Penyuluhan, Penjelasan dan Perbedaannya. Tersedia pada Mulyatiningsih, E. 2011. Evaluasi Proses Suatu Program. Jakarta Bumi Aksara. Muslimin, Asriati, N., Syahrudin, H. 2014. Analisis Dampak Positif Pelatihan Kewirausahaan dalam Peningkatan Usaha Anggota BMT Sidogiri Kecamatan Teluk Batang. Artikel Penelitian. Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Koperasi. Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tanjungpura. Pontianak. Tersedia pada Nafiati, D. A. 2021. Revisi taksonomi Bloom Kognitif, afektif dan psikomotorik. Humanika. Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum. Vol. 21. No. 2. Hal. 151 – 172. Tersedia pada Nawawi, H. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. 2020. Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Menengah di Kabupaten Bogor 2016-2021. Tersedia pada Rosianti, W. dan Susilo, H. 2014. Upaya Dinas Koperasi UKM dalam Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan untuk Meningkatkan Motivasi Berwirausaha Studi pada Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Sidoarjo. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 12. No. 1. Tersedia pada jab/article/download/488/685 Saepudin, A., Ardiwinata, J. S., Ilfiandra, Sukarya, Y. 2015. Efektivitas Pelatihan dan Efikasi Diri dalam Meningkatkan Perilaku Berwirausaha pada Masyarakat Transisi. Mimbar. Vol. 30. No. 1. Hal. 93 – 102. Tersedia pada Sasongko, D. 2020. UMKM Bangkit, Indonesia Terungkit. Tersedia pada Jurnal Penyuluhan Vol. 18 02 2022 295 Stufflebeam, D. L. dan Coryn, C. L. S. 2014. Evaluation Theory, Models, and Applications. San Fransisco Jossey-Bass A Wiley Brand. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Penerbit Alfabeta. 2018. Program Wirausaha Baru Jawa Barat. Tersedia pada Wirawan. 2011. Evaluasi Teori Model Standar Aplikasi dan Profesi, Contoh Aplikasi Evaluasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, dan Buku Tes. Jakarta Raja Grafindo Persada Worthern, B. R. dan Sanders, J. R. 1987. Educational Evaluation, Alternative Approaches and Practical Guidelines. New York & London Longman Inc. Ismuhadi IsmuhadiThis training aims to empower the community, it is hoped that from this training the community is independent in the financial sector. The research method used is qualitative with a descriptive approach that is library research, obtained from reading literature from related books, journals, articles/news reports and also by analyzing field observation data and documentation, both pictures and documents that provide information related to the training. The results, it was found that the wonan were very enthusiastic in the training activities, the first being taught by the sewing tutor was basic knowledge about sewing, measuring, how to make and drawing patterns so how to sew. This benefit is for women as independent individuals, and able to provide financial security to their family members. at least to meet household needs this training will provide a great opportunity to help the family and community economy. The training does not run well without the cost of training, the cost of factors that support the training well and smoothly. Existing as a village in community empowerment, funds obtained for training from village funds and even training are in a program from village funds in empowering communities this is an example for other villages in dealing with insufficient funds Dewi NafiatiRevisi taksonomi Bloom menitikberatkan pada 1 perubahan aplikasi yang terdiri dari tiga bidang yaitu aplikasi bidang penyusunan kurikulum, aplikasi bidang instruksi pengajaran, aplikasi bidang assesment/ penilaian; dan 2 perubahan terminologi yang menekankan pada sub kategori sehingga penilaian menjadi lebih spesifik, mudah dalam menyusun penilaian pada kurikulum, serta mudah dalam menyusun instruksi pengajaran. Revisi taksonomi Bloom juga mengubah kata kunci operasional dari kata benda menjadi kata kerja dari level terendah sampai dengan level perubahan yang sangat signifikan pada revisi taksonomi Bloom di domain kognitif yang terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan berubah menjadi faktual, konseptual, prosedural, metakognisi. dimensi proses kognitif baru menjadi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Domain afektif meliputi rasa, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap tercermin pada perilaku/ attitude sehari-hari pada proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Domain psikomotorik dirumuskan sebagai serangkaian kemampuan yang bersifat kongkrit dan abstrak. Bloom's taxonomic revision focuses on 1 application changes that consist of three fields, namely the application of curriculum development. application of teaching instruction area, application of assessment/ assessment field; and 2 changes in the terminology emphasizing sub-categories so that assessment becomes more specific, it is easy to arrange assessments in the curriculum, and easy to arrange instructions teaching. Revised Bloom's taxonomy also changed the operational keywords from words to verbs from the lowest level to the highest level. There is a very significant change in Bloom's revised taxonomy in the cognitive domain which consists of two dimensions, namely the dimension of knowledge and the dimension of cognitive processes. The dimension of knowledge changes into factual, conceptual, procedural metacognition. the dimension of the new cognitive process becomes remembering, understanding apply. analyze, evaluate and create. Affective domain includes taste, value, appreciation, enthusiasm, motivation. and attitudes are reflected in behavior everyday in the learning process both in the classroom and outside the classroom. Domain psychomotor formulated as a series of abilities that are concrete and Maria HamzaDevi AgustienThis study aims to analyze the influence of the development of Micro, Small, and Medium Enterprises on the national income of the UMKM sector in Indonesia. This research used a panel data method with Fixed Effect Model. The data used are secondary in the value of GDP of UMKM, Labours of UMKM, investment of UMKM, and the number of units of UMKM from the 2000-2013 period. The results showed that labors of UMKM and placement of UMKM have a positive and significant effect on the national income of the UMKM sector in Indonesia. While for the number of units of UMKM not affect the national income of the UMKM sector in SaepudinJajat S. Ardiwinata Ilfiandra IlfiandraYaya SukaryaThe success of a training activity is measured by how much change in the increase of knowledge, attitudes and skills of graduates, and the factors that influence these changes. Aim of this article to determine the effect of training effectiveness and entrepreneurial self-efficacy on behavior of participants after the training. The approach used is a quantitative approach with a descriptive method of research korelasional. Sampel is 30 respondents were taken by cluster sampling. Results this research is 1 Effect of training outcomes for the participants after the training in entrepreneurship behavior expressed by a simple linear regression equation that shows a positive price, the greater the degree of relationship between two variables is quite or moderate; 2 The effect of self-efficacy of the behavior of the participants after the training entrepreneurship is expressed by a simple linear regression equation that shows a positive price, the greater the degree of relationship between two variables is high or tight; 3 Effect of training and self efficacy results on the behavior of the participants after the training entrepreneurship is expressed by multiple linear regression equation that shows a positive price, with a large degree of correlation between these variables is high or tightDasar-dasar Evaluasi PendidikanS ArikuntoArikunto, S. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta Bumi HafniA RozaliHafni, R. dan Rozali, A. 2015. Analisis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. EKONOMIKAWAN Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol. 15, 2, 77-96. Tersedia pada Program Pendidikan Pedoman Teoritis bagi Praktisi PendidikanS ArikuntoA JabbarArikunto, S. dan Jabbar, A. 2009. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta Bumi Kualitatif. Jakarta Kencana Perdana Media GroupB BunginBungin, B. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta Kencana Perdana Media Peranan Pelatihan Kewirausahaan terhadap Pembentukan Sikap dan Intensi Kewirausahaan di Sentra Industri Produk Roti dan Kue Rungkut LorA ChristantiChristanti, A. 2016. Studi Peranan Pelatihan Kewirausahaan terhadap Pembentukan Sikap dan Intensi Kewirausahaan di Sentra Industri Produk Roti dan Kue Rungkut Lor, Surabaya. AGORA. Vol. 4. No. 1. Hal. 242 -248. Tersedia pada 2018. Jawa Barat dalam Angka 2017. Tersedia pada dalam Bidang PendidikanMulyono DjaaliDan RamlyDjaali, Mulyono, dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta PPs UNJ. Hello, Sobat Wong Cerdas! Siapa nih yang bercita-cita punya usaha atau bisnis sendiri? Atau ingin mengembangkan usaha yang sudah berjalan? Apa kamu sudah pernah mendengar tentang pelatihan kewirausahaan? Kalau belum, kamu wajib banget baca artikel ini sampai akhir dan dapatkan info pentingnya. Apa Itu Pelatihan Kewirausahaan?Apa Tujuan Pendidikan Kepelatihan dalam Kewirausahaan?Apakah untuk Menjadi Wirausaha Perlu Pelatihan?Materi Pelatihan KewirausahaanContoh Pelatihan Kewirausahaan di Desa Sebelum membahas lebih jauh, apa kamu tahu perbedaan antara wirausaha dan kewirausahaan? Nih, Wong Cerdas kasih tahu pengertiannya. Wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang melakukan usaha atau bisnis untuk meraih keuntungan atau pendapatan. Sedangkan kewirausahaan atau entrepreneurship adalah sikap dan jiwa yang aktif, kreatif, dan inovatif untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan dalam usahanya. Lalu, apa itu pelatihan kewirausahaan? Pelatihan kewirausahaan adalah suatu kegiatan atau program yang diselenggarakan oleh instansi tertentu untuk mengembangkan keterampilan kewirausahaan seseorang. Tidak hanya untuk orang dewasa, ada juga pelatihan untuk kewirausahaan mahasiswa untuk mahasiswa yang tertarik maupun mempunyai rencana membangun bisnis di kemudian hari. Apa Tujuan Pendidikan Kepelatihan dalam Kewirausahaan? Ada beberapa tujuan dan manfaat yang bisa kamu dapatkan dari mengikuti program pelatihan wirausahaan. Tujuan dari adanya kegiatan tersebut adalah agar peserta pelatihan dapat Mempelajari dan mengerti tentang ciri-ciri atau karakteristik kewirausahaanMengetahui pengertian dan perbedaan istilah wirausaha, kewirausahaan, dan kewiraswastaanMenerapkan etika-etika dalam pelaksanaan kegiatan wirausaha dan dapat bersikap profesionalMengerti tujuan dari usaha atau bisnis yang akan dibentukMengetahui bagaimana cara mendapatkan modal sekaligus berinovasi terhadap usaha perolehan modal tersebutMelakukan kebijakan strategis dan counter effect yang munculMengetahui cara pembuatan business plan dan marketing planMemiliki pemikiran yang kreatif untuk terus melakukan terobosan-terobosan baru Selain itu, manfaat lain yang bisa kamu dapatkan dari mengikuti seminar atau pelatihan kewirausahaan adalah dapat menemukan partner atau mentor yang tepat untuk usaha yang akan atau sedang kamu jalani. Bahkan bisa juga bertemu jodoh lho aamiin, heheee. Apakah untuk Menjadi Wirausaha Perlu Pelatihan? Mungkin kamu bertanya-tanya, sebenarnya perlu atau tidak kita sebagai pelaku usaha atau wirausahawan mengikuti pelatihan kewirausahaan? Jawabannya tentu saja perlu karena sebagai seorang wirausaha, pasti membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan mental pengusaha yang memadai. Wirausaha dituntut untuk bisa melihat peluang, mengelola risiko, hingga membangun dan mengelola usaha dengan baik. Dan kamu bisa mengasah pola pikir dan kemampuan tersebut dengan mengikuti seminar atau pelatihan kewirausahaan yang tepat. Materi Pelatihan Kewirausahaan Saat kamu mengikuti pelatihan kewirausahaan, biasanya kamu akan mendapatkan fasilitas berupa modul pelatihan, baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy, yang berisi materi sebagai berikut Pengenalan dan pengertian kewirausahaanMenumbuhkan minat dan motivasi wirausahaEtika berbisnisBentuk dan syarat pendirian usaha perusahaan mandiri atau perseoranganPengadaan dan penggunaan modal usahaPeluang Usaha Analisis pasarPeluang Usaha Analisis kelayakan finansial atau keuanganPeluang Usaha Penilaian kemampuan organisasionalPeluang Usaha Analisis persainganInovasi kewirausahaanKonsultasi atau sharing tentang business plan dan marketing plan yang akan dibuat Selain mendapatkan fasilitas handout atau modul pelatihan kewirausahaan, kamu juga akan mendapatkan fasilitas lainnya, seperti Sertifikat cetak atau sertifikat elektronikFlashdisk yang berisi materi pelatihanTraining kit biasanya berisi goodie bag, id card peserta pelatihan, notes atau buku catatan, dan alat tulisSouvenir pelatihanKonsumsi berupa lunch atau coffee break Dan yang tak kalah pentingnya adalah narasumber atau pemateri pada pelatihan tersebut adalah orang yang sudah berpengalaman dan profesional di bidangnya. Mantap bukan? Contoh Pelatihan Kewirausahaan di Desa Pelatihan Kewirausahaan Sebelum mengadakan kegiatan pelatihan ini, penyelenggara tentu perlu membuat dan mengajukan proposal pelatihan kewirausahaan kepada pihak terkait. Salah satu contoh pelatihan kewirausahaan yang sudah terlaksana yaitu pelatihan kewirausahaan bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil PUMK pada tahun 2019 yang dilaksanakan selama 3 hari di Dusun Gondanglegi. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Sleman bersama Pemerintah Dusun Gondanglegi, Pemerintah Desa Wedomartani, dan Pemerintah Kecamatan Ngemplak. Pelatihan itu diikuti oleh 20 peserta dari bidang usaha yang berbeda, di antaranya yaitu usaha makanan, minuman, kerajinan, dan konveksi. Materi yang diberikan pada pelatihan kewirausahaan tersebut dengan tema “Bermuatan Lokal Berdaya Saing Global” yaitu Pengembangan SDM dan penumbuhan jiwa kewirausahaanPembukuan dan pelaporan keuangan sederhana untuk UMKMLegalitas usaha untuk UMKMStrategi pengembangan bisnis yang berbasis ITStrategi marketing untuk UMKM Dalam pelatihan tersebut juga terdapat sosialisasi kebijakan Pemda bagi UMKM yang dibawakan oleh Dinas Koperasi UKM Sleman. Ada juga pengenalan produk perbankan dari Bank Sinar Mas yang bisa diakses pelaku UMKM setempat. Selamat pelatihan, para peserta mendapat fasilitas berupa tas, alat tulis, buku modul, handout materi, sertifikat, konsumsi, dan bantuan uang transport. Dari pelatihan tersebut juga dipilih satu peserta terbaik, yaitu Faizul Ikhsan Cahyanto dari Titik Terang Konveksi. Fasilitas yang didapat peserta terbaik yaitu berupa sertifikat penghargaan, paddle, serta mendapat prioritas utama untuk mendapatkan pendampingan, seperti menghadiri event pameran yang diselenggarakan Dinas Koperasi UKM Sleman. Sekian dulu artikel Wong Cerdas tentang pelatihan kewirausahaan. Jadi gimana, Sobat? Apa kamu tertarik mengikuti pelatihan kewirausahaan yang berfaedah ini? Nah, sekarang Wong Cerdas ingin tahu, apa sih alasan kamu ingin mengikuti pelatihan untuk kewirausahaan? Tulis jawabanmu di kolom komentar ya. Semoga sukses dan tetap semangat! Nantikan selalu artikel Wong Cerdas lainnya.

pelatihan pelatihan yang diikuti oleh seorang wirausahawan yang bertujuan